Bab 15 seperti wangi laundry

Seperti wangi laundry

kehidupan rumah tangga yang bercampur dengan mertua bisa diibaratkan wanginya seperti pewangi laundry, tidak tahan lama..wanginya hanya sementara, setelah dicuci dikeringkan..satu jam dua jam kala dipakaipun akan pergi. sama halnya dengan hidup bersama mertua lama kelamaan akan muncul sifat aslinya. masih mending kerbau yang dikumpulkan dalam satu kandang baru, mungkin semalaman akan saling depak mendepak dan mengeluarkan suara, tapi itu hanya satu malam malam selanjutnya kumpulan kerbau itu akan saling bersahabat dan melindungi..katanya hehe..
beda dengan manusia apalagi baru menikah tinggal bersama dengan mertua..awalnya akan baik disanjung sanjung, semua disediakan ..tapi itu hanya bertahan sehari dua hari selnajutnya sekecil apapun akan menjadi ujaran, begitulah ibaratnya diriku....
dog dog dog...pintu kamarku diketuk dengan keras, suamiku dedy sudah tidak ada, mungkin sudah berangkat kerja ...tanpa membangunkan diriku. "keluar..sudah siang belum bangun juga, kamu itu menantu dirumah sini, jangan enak enakan", suara ibu mertuaku marah.
"ya..bu..sebentar". aku berusaha bangun sekujur badanku terasa panas karena cape dan tadi malam tubuhku serasa hancur menghadapi perlawanan suamiku.
kubuka pintu, wajah masah mertuaku terlihat. "nasi dan sayur belum kamu hangatkan, mana suamimu, suami berangkat kerja kamu malah molor.
"iya bu..', jawanku dengan menunduk
"cepat sana...ibu dan ayah mau berangkat, rumah dibersihkan ya trus belanja dan masak untuk siang hari'
"ga beli saja bu buat siang, aku masih terasa cape"
"uh..kamu tuhh belum punya rumah, ngirit sedikit kek, biar bisa nabung, apa mau numpang terus disini??"
hugggg...suara ibu mertuaku begitu tajam dan lantang menghantam sisi hatiku. bukankah dua hari yang lalu tenagaku sudah habis untuk pesta pernikahan adikku? bukankah ini baru mau beli?
segudang pertanyaan berkecamuk dalam diriku tapi hanya diam yang kulakukan. mana mungkin aku menyangga omongan mertuaku, nanti yang ada omelannya akan bertambah panjang dan itu belum cukup ketika kupingku harus tebal dan kebal menghadapi omongan tetangga...upzzz jadi ibu mertuaku menceritakan semua hal tentang aku pada para tetangga.
ohh...Tuhan aku sudah buta mengapa kau karunia aku pun mertua yang cerewet, namun itu masih bisa diatasi jika suamiku baik. suamiku yang awalnya kunilai baik ternyata sama saja..jahat. jangankah mengajak ngobrol saya ajak bicarapun hanya sepatah dua patah kata. berangkat saat pagi sekali pulang sore tapi langsung masuk ruang kerja tanpa keluar. disana mabuk dan masuk kamar dalam keadaan mabuk memperkosaku. Ya Allah dosa apakah yang sudah kuberbuat sampai nasibku begini parah. kuraba mata kananku...buta..kosong.. gara-gara ini. aku benci kebutaan ini. aku benci hidupku. setiap orang boleh melewati sendiri nasibnya, ada yang kuat ada yang tidak, dan aku memilih berontak, ya...aku akan berontak..aku akan menghadapi suamiku, mertuaku hidupku. akan akan hadapi semua. Kalau perlu aku tinggalkan semua kemuakan ini.

****
aku masih nonton TV diruang tengah ketika mertuaku datang, dia tengak tenggok melihat keadaan rumah, mungkin dia bertanya kenapa halaman depan sampah masuh berserakan, kenapa abu masih banyak menempel dilantai, gelas minuman berceceran isinya dimeja, makanan ringan beserta sampahnya berserakan dilantai
"icha apa apaan kamu?", hardiknya
"nonton tv", jawabku sambil membetulkan tempat duduk
"kamu tidak menyapu??"
"iya"
"kamu tidak mengepel?'
"iya"
"jangan jangan kamu belum belanja?
"iya"
"dasar menantu tidak tahu diuntung, sudah numpang belagu"
"eitsss...ibu..yang numpang siapa? bukankah ini rumah kakek yang dihibahkan buat cucunya> dedy suamiku? ini rumah suamiku jadi rumah suamiku juga", kata ku santai
"kurang ajar kamu
"ibu ga betah..kalau ga betah, monggo kalau mau meninggalkan rumah ini", kataku tegas yang dibalas dengan tamparan tangannya dan langsung kupegang tangan mertuaku kupelintir sampai mertuaku mendelik kaget.
"ibu hati hati dengan saya, boleh dari kemarin ibu memaki maki saya tapi mulai hari ini aku akan hadapi ibu. ibu boleh menasehati saya, memang saya tidak bisa apa apa dalam urusan rumah tanggan tapi bukan berarti ibu berlaku sewenang wenang" kukibaskan tangan ibu dan berlalu kekamat. kututup pintu dengan keras, hal selanjutnya yang kudengar hanya lolongan tangisnya.
kurebahkan diri ditempat tidur kututup mataku. benar aku harus kuat sekuat macam. apa lagi yang bisa kulakukan selain melawan. lihat saja rekasi dedy suamiku sepulang kerja.
***
aku masih dikamar mandi ketika ada orang mengamuk didalam kamarku, semua barang dibuang dan dibanting. ketika kubuka pintu kamar mandi kulihat semua barang sudah dilantai, sprei memburai dilantai, bantal bantal semuanya berantakan. dan suamiku berdiri mematung dijendela. segera aku berganti pakaian dan menyisir rambutku. kulihat mata kananku yang tertutup. sekarang...saat suamiku diam dan mematung dijendela tak kudekati seperti biasanya. aku sudah tak mau menanyakan lagi ada apa dengannya. sudah tak mau kurayu lagi ada apa dengan dirinya, karena selama ini aku berbuat demikianpun percuma dia akan diam saja dan meninggalkan keruang kerjanya. mabuk.
kuambil tas dan kupakai sepatu, aku akan pergi jalan jalan sore ini. tak kupedulikan lagi bagaimana rumah tanggaku. tak kupedulikan lagi omongan tetangga. kalau dedy mau cerai, ceraikan saja diriku. aku sudah muak akan semua ini. Cinta?? apakah aku sudah tak cinta?? sayang? apakah aku sudah tak sayang pada suamiku?? aku tertegun jika terlintas pikiran ini.
"mau kemana kamu...", suara dedy terdengar, tumben dia menanyakan sesuatu padaku
"terserah aku"
"kamu seorang istri, kalau mau pergi wajib bilang pada suami
"apa kamu menganggap aku sebagai istri??'
dan bisa ditebak aku dan suamiku bertengkar, bertengkar hebat, karena ulahku yang tidak bisa apa apa dalam urusan rumah tangga, ulahnnya yang mabuk mabukan, ulahku yang berani dengan orang tua. dia menamparku...menamparku dengan sangat keras. aku terguguk memegangi pipi dan mataku, tamparannya tidak saja melukai pipiku juga mataku yang habis operasi, ada darah segar mengalir. aku terus menangis kesakitan dan dia melihatku dengan tertegun. dia mau menolongku tapi aku tepis. aku masih menangis dan terus memegang mataku....sebenarnya itu tidak lebih sakit dari pada hatiku, hatiku yang terluka oleh kelakukannya.
kuambil tas, kubuka pintu dan keberlari...ibu dan bapak mertuaku hanya melihat tak mampu bertanya.
aku terus berlari...berlari...dan berlari meninggalkan kekeluan yang kualami.
***
malam telah beranjak, disebuah siskamping aku duduk, hujan deras mengalir sejak sore tadi. aku hanya mencangklong sebuah tas kecil uangpun hanya seberapa, karena selama ini aku hanya dijatah oleh suamiku, makan minum listrik jadi tanggungan mertuaku yang diberi oleh suamiku. jatahku sangat kecil karena terbagi dengan mertua.
aku meninggalkan rumah sejak pertengkaran tadi. kenapa aku seprti ini? kenapa aku menjadi orang yang terlunta seperti ini? bukankah dulu aku bagai putri? tanganku sangat halus tak menyentuh pekerjaan dapur. hanya belajar dan belajar. tapi sekarang??
kapan aku pernah pergi kesalon? kapan aku pernah pergi berenang?
air mataku semakin menetes deras. kuraba mata kananku..ya aku buta. aku ingat ayah ibu yang sangat baik padaku. ayah ibu...aku takut...aku dingin...
dan hanya tangisan yang menemaniku.
udara semakin dingin, suasana semakin gelap, tubuhku semakin mengigil .....
tangisan semakin membunuhku... pandangan mataku memburam...tubuhku lunglai....kupegang mataku yang terasa nyeri....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal akuntansi persediaan XI AK

Latihan soal myiob