Bagian 14
Bulan dan ilalang
Kututup pintu kamar, setelah membersihkan diri kurebahkan badan dikasur, lelah menhantuiku. Kucoba pejamkan mata, ketakutan hal yang akan terjadi mbuatku tersentak. Aku bangun,membuka lemari mencari celana panjang kupakai, padahal aku sudah pake satu celana panjang🙊🙊. Hatiku sedikit merasa tenang dengan dua celana panjang dibawah daster tidur. Lebaynya diriku tidur dengan dua celana. Kuberanjak kembali kekasur, aroma keletihan berhari hari setelah pernikahan adikku membuatku mudah memejamkan mata. Belum juga mimpi menyapaku, seseorang membuka pintu kamarku paksa,"brakkk....". Aku terkejut dan merasa takut. Dia, dedy suamiku akan memperkosa diriku lagi, sama seperti malam malam sebelumnya ketika dia mabuk. Aku tidak habis pikir, aku mencintainya dan kukira diapun demikian, mencintaiku semenjak SD. Sudah hilangkah cintanya gara gara aku buta?
Sekarang dia menindihku, membekap mulutku, aku meronta. Berusaha melepaskan bekapannya. Dia makin mengila, melucuti dasterku, aku semakin meronta. Sungguh bukan aku menolak tapi aku juga ingin diperlakukan secara sopan. Dia makin liar mengerayangi tubuhku. Dia kesulitan membuka dua celanaku dan membuatnya marah. Ditamparnya wajahku membuatku semakin lemas,Dibekapnya mulutku lebih keras...aku makin tak berdaya, dia berhenti, mengambil kain disumpal ke mulutku, tanganku ditalinya Ke dipan, kakiku meronta dengan keras, satu demi satu pakeanku dilucuti, dia terus mengerayai tubuhku dengan liar, semakin lama semakin liar,tenagaku serasa habis semestinys aku mengelijang penuh kenikmatan tapi nyatanya satu demi satu air mata menetes dipipiku.
Dia melengguh merasakan nikmat, ditinggalkannya tubuhku, dipakenya pakaianya, lalu sumpalan dbuang, dilepasnya tali lalu seenaknya dia tidur pulas karena cape dan nikmat.
Aku dibiarkan telanjang tak berdaya, bangun untuk berpakaianpun terasa sulit. Kupandangi jam detik demi detik demi terkumpulnya jiwaku
Setelah kurasakan tubuhku bisa bergerak, aku bangun dari tempat tidur dan karena tenagaku terkuras habis aku terkulai memunguti satu demi satu bajuku dan kekamar mandi dengan ngengsot. Kubersihkan diri dan kembali ketempat tidur kupandangi wajah suamiku
"mana sifat mu yang dulu,seorang lelaki yang sopan santun dan terpelajar"
"tidak kah kau mencintaiku?"
"apa kamu malu beristri buta seperti aku"
Banyak pertanyaan yang ingin terlontar tapi hanya tatapan yang mampu kulakukan.
Bulan sangat indah untuk dipandang, siangpun merindukan malam hanya untuk melihat bulan. Mengapa setelah kudapatkan bulan, hanya seonggok batu hitam, gersang yang ditumbuhi ilalang.
Seindah itukah bulan?
Bulan dan hanya ilalang?
Bulan dan ilalang
Kututup pintu kamar, setelah membersihkan diri kurebahkan badan dikasur, lelah menhantuiku. Kucoba pejamkan mata, ketakutan hal yang akan terjadi mbuatku tersentak. Aku bangun,membuka lemari mencari celana panjang kupakai, padahal aku sudah pake satu celana panjang🙊🙊. Hatiku sedikit merasa tenang dengan dua celana panjang dibawah daster tidur. Lebaynya diriku tidur dengan dua celana. Kuberanjak kembali kekasur, aroma keletihan berhari hari setelah pernikahan adikku membuatku mudah memejamkan mata. Belum juga mimpi menyapaku, seseorang membuka pintu kamarku paksa,"brakkk....". Aku terkejut dan merasa takut. Dia, dedy suamiku akan memperkosa diriku lagi, sama seperti malam malam sebelumnya ketika dia mabuk. Aku tidak habis pikir, aku mencintainya dan kukira diapun demikian, mencintaiku semenjak SD. Sudah hilangkah cintanya gara gara aku buta?
Sekarang dia menindihku, membekap mulutku, aku meronta. Berusaha melepaskan bekapannya. Dia makin mengila, melucuti dasterku, aku semakin meronta. Sungguh bukan aku menolak tapi aku juga ingin diperlakukan secara sopan. Dia makin liar mengerayangi tubuhku. Dia kesulitan membuka dua celanaku dan membuatnya marah. Ditamparnya wajahku membuatku semakin lemas,Dibekapnya mulutku lebih keras...aku makin tak berdaya, dia berhenti, mengambil kain disumpal ke mulutku, tanganku ditalinya Ke dipan, kakiku meronta dengan keras, satu demi satu pakeanku dilucuti, dia terus mengerayai tubuhku dengan liar, semakin lama semakin liar,tenagaku serasa habis semestinys aku mengelijang penuh kenikmatan tapi nyatanya satu demi satu air mata menetes dipipiku.
Dia melengguh merasakan nikmat, ditinggalkannya tubuhku, dipakenya pakaianya, lalu sumpalan dbuang, dilepasnya tali lalu seenaknya dia tidur pulas karena cape dan nikmat.
Aku dibiarkan telanjang tak berdaya, bangun untuk berpakaianpun terasa sulit. Kupandangi jam detik demi detik demi terkumpulnya jiwaku
Setelah kurasakan tubuhku bisa bergerak, aku bangun dari tempat tidur dan karena tenagaku terkuras habis aku terkulai memunguti satu demi satu bajuku dan kekamar mandi dengan ngengsot. Kubersihkan diri dan kembali ketempat tidur kupandangi wajah suamiku
"mana sifat mu yang dulu,seorang lelaki yang sopan santun dan terpelajar"
"tidak kah kau mencintaiku?"
"apa kamu malu beristri buta seperti aku"
Banyak pertanyaan yang ingin terlontar tapi hanya tatapan yang mampu kulakukan.
Bulan sangat indah untuk dipandang, siangpun merindukan malam hanya untuk melihat bulan. Mengapa setelah kudapatkan bulan, hanya seonggok batu hitam, gersang yang ditumbuhi ilalang.
Seindah itukah bulan?
Bulan dan hanya ilalang?
Komentar
Posting Komentar