Jelaga kerinduan
Tasya
Sore ini anak anak kutitipkan pada mbahnya, aku bersiap
masak masak makanan kesukaan mas bagas, sayur bobor, pindang pedas dan perkedel
telor, pakaian lingerie hitam akan tetap aku kugunakan untuk menyambt
kedatangannya, ya...meskipun cuaca sedang sedingin dieng,namun bukankah cuaca
seperti sekarang paling enak untuk bercinta??
Satu demi satu makanan sidah kuhidangkan dimeja,
ya...sebentar lagi adzan magrib..teh panas nanti akan aku buatkan selepas mas
bagas sudah dirumah. Segera saja aku bergegas menunaikan sholat, aku berdoa
dengan sungguh sungguh semoga usahaku memperbaiki pernikahan dengan mas bagas
diberi kemudahan Allah swt...
Saat aku tadarus, aku mendengar motor mas bagas memasuki
rumah, lalu suara pintu terdengar, segera aku sudahi pembacaan ayat suci Al
qur’an, mas bagas kekamar mengambil pakaian ganti lalu berlalu melewati meja
makan sambil lalu saja tanpa ingin tahu ada apakah dimeja makan, dia hanya
kekamar mandi. Bagai kerbau yang dicocok hidungnya aku mengamati setiap gerak
mas bagas..terasa hatiku berdesir desir ngilu... ya sudah lama dia tidak makan
masakanku, membuat teh panas atau kopipun dia memilih sendiri, rasanya sudah
sangat tidak berguna aku sebagai istrinya.
Dia masuk kekamar mandi menyalakan shower. Aku terdiam
dibalik pintu... mendengar percikan air bergetar rasa bulu kudukku, pelan ku
lepas lingeries kelantai, lalu kuraba seluruh bagian tubuhku, rasa mendesir
yang bergelora, kupejamkan mata mas bagas memelukkan. Kulucuti beha ku ke
lantai dan terakhir kulucuti pula celana dalamku, kutatatp pintu yakin, kuputar
gagang pintu dan aku langsung membuka masuk memeluk mas bagas yang menoleh
kaget karena tertubruk olehku, kupeluk erat tubuhnya dari belakang..tanganku
bergerilya diseluruh tubuhnya yang tertutup sabun, aku rasanya, mas bagas
sebagai lelaki normal hasrat kelelakiannya pun bekerja, kemaluannya pelan
bergerak menegang dan aku terus menempelkan bibirku ke tubuhnya, kuselempangkan
tanganku memutar shower, guyuran air membasahi tubuh kami berdua yang tanpa
sehelai benang pun...dan hampir saja bibir kami bertemu ketika tiba tiba mas
bagas terhenyak...
‘apaan sih...’, dia raih handuk
‘jangan harap aku melakukannya lagi denganmu’
‘tapi aku ingin mas’, kataku kaget dengan bibir bergetar
‘aku tidak ingin melakukannya, pliss jangan pancing aku
‘mas aku masih istrimu’
‘mungkin besok tidak’
‘kenapa mas?’’tidakkan kita bisa perbaiki hubungan kita?’
Mas bagas keluar kamar mandi dengan handuk ditubuhnya, dan
aku tidak menyangka aku dipintu dengan tubuh telanjang bulat’
Dia masuk kamar dan mengebrak pintu kamar...dan aku terduduk
lemas.
‘mas sebegitu dalamkan dendammu hanya karena chat kamu
enggan berhubungan lagi denganku?
Aku tidak akan menyerah berusaha membuat suamiku jatuh
kembali kepelukanku. Bukan hanya karena fafa dan fifi membutuhkan figur ayah
ibu namun juga aku masih mencintainya. Bagaimana tidak pernikahanku dengan mas
bagas diawali dari pacaran, bukan dijodohkan. Tidak tanggung tanggung kami
berpacaran sudah sangat lama sekali dari mulai kelas satu SMA. Putus nyambung
putus nyambung adalah hal wajar dalam perjalanan cinta kami. Ah...kudesah
nafasku berat... mataku mulai memerah..ingat kembali masa masa perkenalan, dia
nembak aku dan proses putus yang kemudian nyambung lagi..bertahun tahun hampir
7 tahun sampai acara pernikahan akhirnya dapat terwujud.
Ah...mataku mengembang basah... bagaimana rasa sakitnya aku
ditolak semuamiku sendiri padahal aku sudah bagaikan pelacur tanpa busana....
Rumah tanggaku sekarang diujung perpisahan yang alasanyan
hanya dikarenakan miss comunations, aku akui kesalahan awalnya datang dimulai
dari diriku ketika dia mulai lembur diperusahaannya pulang disaat bada isya,
pulang sudah cape dan akupun seringkali cape karena seharian mengurus putri
kembar kami ... dan disaat rentan itulah aku dengan mas bagas seringkali
terlibat pertengkaran, awalnya pertengkaran kecil lama lama kami jadi saling
diam. Dan saat diam inilah temen semasa kecilku hadir kami jadi sering chat
chat, menumpahkan isi hati karena bete... namun itu hanya sekedar chat,
ketemupun aku tidak pernah, aku selalu menolak ajakannya dia untuk nge-date.
Kupacu beatku dengan cepat, air mata setetes demi tetes
menyembul dilupuk mataku. Hatiku teramat sakit bagaimana tidak suamiku sudah
menolak diriku. Hari ini awal pertama mas bagas menolak gelora ku, rasanya
sangat pedih. Kupacu motor menuju rumah neswa kembali..
‘assalamu allaikum neswa...’
‘wa alaikum salam, oh tante...
Kupeluk neswa, dan kubenamkan kepalaku dalam pangkuannya,
betapa aku sangat berat menghadapi ini semua. Aku ceritakan bagaimana aku sudah
berbuat semampuku dari hal biasa sampai hal melacur pada suami ku sendiri, aku
langsung terisak kembali ingat bagaimana aku yang sudah membara ditepis oleh
mas bagas...aku malu tanpa bercerita karena bukankah neswa juga sudah berumah
tangga.. neswa mengelus rambutku dan berkata istighfar..istighfar..Allah tidak
menguji suatu kaum sampai batas kemampuannya...
Tangisku terhenti karena masih terisak, neswa bangkit dan
kedapur membuatkanku secankir teh hangat dengan air yang benar benar baru
mendidih..aku mengikuti kedapur dan duduk dimeja makan
‘bagaimana fafa dan fifi kabarnya?’
‘baik, sekarang sementara sering aku titipkan ke mbahnya’
‘bagaimana caranya lagi biar aku tetap bersama mas bagas?’
‘sabar..dan teruslah muliakan suamimu’
‘muliakan cara yang bagaimana lagi, bukankah aku sudah
seperti pelacur?’
‘terus berusaha dan kalau perlu mari kita ke orang pinter
agar dibantu permasalahanmu, dilembutkan hati mas bagas’
‘ohh... dimana itu...’, katanya sedikit tenang
‘besok sore aku kesini lagi ya ntar aku antar biar hatimu
lega’
Iya makasih ya sya...’
‘iya sama sama, sekarang pulanglah dulu...sambut mas bagas
jangan sampe dia pulang kamu tidak ada dirumah’
‘iya sekali lagi makasih wa’
Iya...
‘aku pulang ya...
Kupeluk neswa, kucium kedua pipinya dan kupacu motor kembali
pulang kerumah.
Komentar
Posting Komentar